Sex Pengalaman Dari Ibu Muda | DGPOKER | Agen Poker Uang Asli Terpercaya

Sex Pengalaman Dari Ibu Muda | DGPOKER | Agen Poker Uang Asli Terpercaya

www.88dg88.com
Sex Pengalaman Dari Ibu Muda

Sex Pengalaman Dari Ibu Muda | DGPOKER | Agen Poker Uang Asli Terpercaya


Karena daerah perumahan tersebut masih baru maka jumlah keluarga yg menempati rumah di situ masih relatif sedikit tetapi khusus untuk blok daerah rumah saya sudah lumayan banyak dan ramai.



Klik Juga | Foto Hot Cewek Bikini


 Rata-rata keluarga kecil seperti keluarga saya juga yaitu yg sudah masuk generasi Keluarga Berencana, rata-rata hanya mempunyai 2 anak tetapi ada juga yg hanya 1 anak saja Sudah seperti biasanya bila kita menempati daerah perumahan baru, saya dengan sengaja berusaha untuk banyak bergaul dengan para tetangga bahkan juga dengan tetangga-tetangga di blok yg lain.

Dari hasil bergaul tersebut timbul kesepakatan di antara ibu-ibu di blok daerah rumahku untuk mengadakan arisan sekali dalam sebulan dan diadakan bergiliran di setiap rumah pesertanya.

Suatu ketika sedang berlangsung acara arisan tersebut di sebuah rumah yg berada di deretan depan rumahku, pemilik rumah tersebut biasa dipanggil Bu Indah (bukan nama sebenarnya) dan sudah lebih dulu satu tahun tinggal di daerah perumahan ini daripada saya.

Bu Indah bisa dibilang ramah, banyak ngomongnya dan senang bercanda dan sampai saat tulisan ini aku buat dia baru mempunyai satu anak, perempuan, berusia 8 tahun walaupun usia rumah tangganya sudah 10 tahun sedangkan aku sudah 30 tahun. Aku menikah ketika masih berusia 22 tahun. Suaminya bekerja di sebuah perusahaan swasta dan kehidupannya juga bisa dibilang kecukupan.

Setelah acara arisan selesai saya masih tetap asyik ngobrol dengan Bu Indah karena tertarik dengan keramahan dan banyak omongnya itu sekalipun ibu-ibu yg lain sudah pulang semua. Dia kemudian bertanya tentang keluargaku, “Jeng Mar. Putra-putranya itu sudah umur berapa, sih, kok sudah dewasa-dewasa, ya?” (Jeng Mar adalah nama panggilanku tetapi bukan sebenarnya) tanya Bu Indah kepadaku.

“Kalau yg pertama 18 tahun dan yg paling ragil itu 14 tahun. Cuma yaitu Bu, nakalnya wah, wah, waa.. Aah benar-benar, deh. Saya, tuh, suka capek marahinnya.”
“Lho, ya, namanya juga anak laki-laki. Ya, biasalah, Jeng.”
“Lebih nikmat situ, ya. Anak cuma satu dan perempuan lagi. Nggak bengal.”
“Ah, siapa bilang Jeng Mar. Sama kok. Cuma yaitu, saya dari dulu, ya, cuma satu saja. Sebetulnya saya ingin punya satu lagi, deh. Ya, seperti situ.”

“Lho, mbok ya bilang saja sama suaminya. ee.. siapa tahu ada rejeki, si putri tunggalnya itu bisa punya adik. Situ juga sama suaminya kan masih sama-sama muda.”
“Ya, itulah Jeng. Papanya itu lho, suka susah. Dulu, ya, waktu kami mau mulai berumah tangga sepakat untuk punya dua saja. Ya, itung-itung mengikuti program pemerintah, toh, Jeng. Tapi nggak tahu lah papanya tuh. Kayaknya sekarang malah tambah asik saja sama kerjaannya. Terlalu sering capek.”
“O, itu toh. Ya, mbok diberi tahu saja kalau sewaktu-waktu punya perhatian sama keluarga. ‘Kan yg namanya kerja itu juga butuh istirahat. Mbok dirayu lah gitu.”

“Wah, sudah dari dulu Jeng. Tapi, ya, tetap susah saja, tuh. Sebenernya ini, lho, Jeng Mar. Eh, maaf, ya, Jeng kalo’ saya omongin. Tapi Jeng Mar tentunya juga tau dong masalah suami-istri ‘kan.”
“Ya, memang. Ya, orang-orang yg sudah seperti kita ini masalahnya sudah macem-macem, toh, Bu. Sebenarnya Bu Indah ini ada masalah apa, toh?”
“Ya, begini Jeng, suami saya itu kalo’ bergaul sama saya suka cepet-cepet mau rampung saja, lho. Padahal yg namanya istri seperti kita-kita ini ‘kan juga ingin membutuhkan kenikmatan yg lebih lama, toh, Jeng.”
“O, itu, toh. Mungkin situ kurang lama merayunya. Mungkin suaminya butuh variasi atau model yg agak macem-macem, gitu.”
“Ya, seperti apa ya, Jeng. Dia itu kalo’ lagi mau, yg langsung saja. Saya seringnya nggak dirangsang apa-apa. Kalo’ Jeng Mar, gimana, toh? Eh, maaf lho, Jeng.”

“Kalo’ saya dan suami saya itu saling rayu-merayu dulu. Kalo’ suami saya yg mulai duluan, ya, dia biasanya ngajak bercanda dulu dan akhirnya menjurus yg ke porno-porno gitulah. Sama seperti saya juga kalau misalnya saya yg mau duluan.””Terus apa cuma gitu saja, Jeng.”
“O, ya tdk. Kalo’ saya yg merayu, biasanya punya suami saya itu saya pegang-pegang. Ukurannya besar dan panjang, lho. Terus untuk lebih menggairahkannya, ya, punyanya itu saya enyot dengan mulut saya. Saya isep-isep.”
“ii.. Iih. Jeng Mar, ih. Apa nggak jijik, tuh? Saya saja membayangkannya juga sudah geli. Hii..”
“Ya, dulu waktu pertama kali, ya, jijik juga, sih. Tetapi suami saya itu selalu rajin, kok, membersihkan gituannya, jadi ya lama-lama buat saya nikmat juga. Soalnya ukurannya itu, sih, yg lumayan besar. Saya sendiri suka gampang terangsang kalo’ lagi ngeliat. Mungkin situ juga kalo’ ngeliat, wah pasti kepengen, deh.”

“Ih, saya belon pernah, tuh, Jeng. Lalu kalo’ suaminya duluan yg mulai begimana?”
“Saya ditelanjangi sampai polos sama sekali. Dia paling suka merema-remas payudara saya dan juga menjilati putingnya dan kadang lagaknya seperti bayi yg sedang mengenyot susu.”, kataku sambil ketawa dan tampak Bu Indah juga tertawa.
“Habis itu badan saya dijilati dan dia juga paling suka menjilati kepunyaan saya. Rasanya buat saya, ya, nikmat juga dan biasanya saya semakin terangsang untuk begituan. Dia juga pernah bilang sama saya kalo’ punya saya itu semakin nikmat dan saya disuruh meliara baik-baik.”



Klik Juga | Foto Hot Cewek Bikini


 “Ah, tapi untuk yg begituan itu saya dan suami saya sama sekali belum pernah, lho, Jeng. Tapi mungkin ada baiknya untuk dicoba juga, ya, Jeng. Tapi tadi itu masalah yg situ dijilatin punyanya. Rasa enaknya seperti apa, sih, Jeng.”
“Wah, Bu Indah ini, kok, seperti kurang pergaulan saja, toh.”
“Lho, terus terang Jeng. Memang saya belon pernah, kok.”
“Ya, geli-geli begitulah. Susah juga untuk dijelasin kalo’ belum pernah merasakan sendiri.” Lalu kami berdua tertawa.

Setelah berhenti tertawa, aku bertanya, “Bu Indah mau tau rasanya kalau gituannya dijilati?”

“Yah, nanti saya rayu, deh, suami saya. Mungkin nikmat juga ya.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Apa perlu saya dulu yg coba?”, tanyaku sambil bercanda dan tersenyum.
“Hush!! Jeng Mar ini ada-ada saja, ah”, sambil tertawa.
“Ya, biar tdk kaget ketika dengan suaminya nanti. Kita ‘kan juga sama-sama wanita.”
“Wah, KAYAK lesbian saja. Nanti saya jadi ketagihan, lho. Malah takutnya lebih senang sama situ daripada sama suami saya sendiri. Ih! Malu’ akh.”, sambil tertawa.

“Atau kalo’ nggak mau gitu, nanti saya kasih tau gimana membuat penampilan bulu gituannya biar suaminya situ tertarik. Kadang-kadang bentuk dan penataannya juga mempengaruhi rangsangan suami, lho, Bu Indah.”
“Ah, Jeng ini.”

“Ee! Betul, lho. Mungkin bentuk bulu-bulu gituannya Bu Indah penampilannya kurang merangsang. Kalo’ boleh saya lihat sebentar gimana?”
“Wah, ya, gimana ya. Tapii.. ya boleh, deh. Eh, tapi saya juga boleh liat donk punyanya situ. Sama-sama donk, ‘kan kata Jeng tadi kita ini sama-sama wanita.”
”Ya, ‘kan saya cuma mau bantu situ supaya bisa usaha untuk punya anak lagi.”
”Kalo’ gitu kita ke kamar saja, deh. Suami saya juga biasanya pulang malam. Yuk, Jeng.”

Langsung kita berdua ke kamar Bu Indah. Kamarnya cukup tertata rapi, tempat tidurnya cukup besar dan dengan kasur busa. Di dindingnya ada tergantung beberapa foto Bu Indah dan suaminya dan ada juga foto sekeluarga dengan anaknya yg masih semata wayg. Saya kemudian ke luar sebentar untuk telepon ke rumah kalau pulangnya agak telat karena ada urusan dengan perkumpulan ibu-ibu dan kebetulan yg menerima suamiku sendiri dan ternyata dia setuju saja.

Setelah kita berdua di kamar, Bu Indah bertanya kepadaku,

“Bagaimana Jeng? Kira-kira siap?”
“Ayolah. Apa sebaiknya kita langsung telanjang bulat saja?”
“OK, deh.”, jawab Bu Indah dengan agak tersenyum malu.

Akhirnya kita berdua mulai melepas pakaian satu-persatu dan akhirnya polos lah semua. Bulu kemaluan Bu Indah cukup lebat juga hanya bentuknya keriting dan menyebar, tdk seperti miliku yg lurus dan tertata dengan bentuk segitiga ke arah bawah. Lalu aku menyentuh payudaranya yg agak bulat tetapi tdk terlalu besar, “Lumayan juga, lho, Bu.” Lalu Bu Indah pun langsung memegang payudaraku juga sambil berkata, “Sama juga seperti punya Jeng.” Aku pun minta ijin untuk mengulum kedua payudaranya dan dia langsung menyggupi.

 Klik Juga | Foto Hot Cewek Bikini


Kujilati kedua putingnya yg berwarna agak kecoklat-coklatan tetapi lumayan nikmat juga. Lalu kujilati secara keseluruhan payudaranya. Bu Indah nampak terangsang dan napasnya mulai memburu.

“Enak juga, ya, Jeng. Boleh punya Jeng saya coba juga?”
”Silakan saja.”, ijinku.

Lalu Bu Indah pun melakukannya dan tampak sekali kalau dia masih sangat kaku dalam soal seks, jilatan dan kulumannya masih terasa kaku dan kurang begitu merangsang. Tetapi lumayanlah, dengan cara seperti ini aku secara tdk langsung sudah menolong dia untuk bisa mendapatkan anak lagi.

Setelah selesai saling menjilati payudara, kami berdua duduk-duduk di atas tempat tidur berkasur busa yg cukup empuk. Aku kemudian memohon Bu Indah untuk melihat liang kewanitaannya lebih jelas,

“Bu Indah. Boleh nggak saya liat gituannya? Kok bulu-bulunya agak keriting. Tdk seperti milik saya, lurus-lurus dan lembut.” Dengan agak malu Bu Indah membolehkan,
“Yaa.. silakan saja, deh, Jeng.” Aku menyuruh dia,
“Rebahin saja badannya terus tolong kangkangin kakinya yg lebar.” Begitu dia lakukan semuanya terlihatlah daging kemaluannya yg memerah segar dengan bibirnya yg sudah agak keluar dikelilingi oleh bulu yg cukup lebat dan keriting. mm.. Cukup merangsang juga penampilannya.

Kudekatkan wajahku ke liang kewanitaannya lalu kukatakan kepada Bu Indah bahwa bentuk kemaluannya sudah cukup merangsang hanya saja akan lebih indah pemandangannya bila bulunya sering disisir agar semakin lurus dan rapi seperti milikku. Lalu kusentuh-sentuh daging kemaluannya dengan tanganku, empuk dan tampak cukup terpelihara baik, bersih dan tdk ada bau apa-apa. Nampak dia agak kegelian ketika sentuhan tanganku mendarat di permukaan alat kelaminnya dan dia mengeluh lirih, “Aduh, geli, lho, Jeng.”

Apa lagi kalo’ dijilat, Bu Indah. Nikmat, deh. Boleh saya coba?”
“Aduh, gimana, ya, Jeng. Saya masih jijik, sih.”
“Makanya dicoba.”, kataku sambil kuelus salah satu pahanya.
“mm.. Ya, silakan, deh, Jeng. Tapi saya tutup mata saja, ah.”

Lalu kucium bibir kemaluannya sekali, chuph!!

“aa.. Aah.”, Bu Indah mengerang dan agak mengangkat badannya. Lalu kutanya,
“Kenapa? Sakit, ya?” Dia menjawab,
“Geli sekali.”
“Saya teruskan, ya?” Bu Indah pun hanya mengangguk sambil tersenyum.

Kuciumi lagi bibir kemaluannya berkali-kali dan rasa geli yg dia rasakan membuat kedua kakinya bergerak-gerak tetapi kupegangi kedua pangkal pahanya erat-erat. Badannya bergerinjal-gerinjal, pantatnya naik turun. Uh! Pemandangan yg lucu sekali, aku pun sempat ketawa melihatnya. Saya keluarkan lidah dan saya sentuhkan ujungnya ke bibir kemaluannya berkali-kali. Oh! Aku semakin terbawa napsu. Kujilati keseluruhan permukaan memeknya, gerakanku semakin cepat dan ganas. Oh, Bu Indah, memekmu nikmaa..aat sekali.

Aku sudah tak ingat apa-apa lagi. Semua terkonsentrasi pada pekerjaan menjilati liang kewanitaan Bu Indah. Emm.., Enak sekali. Terus kujilati dengan penuh napsu. Pinggir ke tengah dan gerakan melingkar. Kumasukan lidahku ke dalam celah bibir kemaluannya yg sudah mulai membuka. Ouw! Hangat sekali dan cairannya mulai keluar dan terasa agak asin dan baunya yg khas mulai menyengat ke dalam lubang hidungku.

Tapi aku tak peduli, yg penting rasa kemaluan Bu Indah semakin lezat apalagi dibumbui dengan cairan yg keluar semakin banyak. Kuoleskan ke seluruh permukaan kemaluannya dengan lidahku. Jilatanku semakin licin dan seolah-olah semua makanan yg ku makan pada saat acara arisan tadi rasanya tdk ada apa-apanya. Badan Bu Indah bergerinjal semakin hebat begitu juga pantatnya naik-turun dengan drastis. Dia mengerang lirih.

“aa.. Ah, ee.. Eekh, ee.. Eekh, Jee.. Eeng, auw, oo.. Ooh. Emm.. Mmh. Hah, hah, hah,.. Hah.” Dan saat mencapai klimaks dia merintih,
“aa.., aa.., aa.., aa.., aah”, Cairan kewanitaannya keluar agak banyak dan deras.

OK, nampaknya Bu Indah sudah mencapai titik puncaknya.

Tampak Bu Indah telentang lemas dan aku tanya,

“Bagaimana? Enak? Ada rasa puas?” “Lumayan nikmat, Jeng. Situ nggak jijik, ya.”

“Kan sudah biasa juga sama suami.” Kemudian aku bertanya sembari bercanda,
“Situ mau coba punya saya juga?”
“Ah, Jeng ini. Jijik ‘kan.”, sembari ketawa.
“Yaa.. Mungkin belon dicoba. Punya saya selalu bersih, kok. ‘Kan suami saya selalu mengingatkan saya untuk memeliharanya.”

Kemudian Bu Indah agak berpikir, mungkin ragu-ragu antara mau atau tdk. Lalu,

“Boleh, deh, Jeng. Tapi saya pelan-pelan saja, ah. Nggak berani lama-lama.”
“Ya, ndak apa-apa. ‘Kan katanya situ belum biasa. Betul? Mau coba?” tantangku sembari senyum.

Lalu dia cuma mengangguk. Kemudian aku menelentangkan badanku dan langsung kukangkangkan kedua kakiku agar terlihat liang kewanitaanku yg masih indah bentuknya. Tampak Bu Indah mulai mendekatkan wajahnya ke liang kewanitaanku lalu berkata, “Wah, Jeng bulu-bulunya lurus, lemas dan teratur. PANTES suaminya selalu bergairah.” Aku hanya tertawa.

Tak lama kemudian aku rasakan sesuatu yg agak basah menyentuh kemaluanku. Kepalaku aku angkat dan terlihat Bu Indah mulai berani menyentuh-nyentuhkan ujung lidahnya ke liang kewanitaanku. Kuberi dia semangat,

“Terus, terus, Bu. Saya merasa nikmat, kok”. Dia hanya memandangku dan tersenyum.

Klik Juga | Foto Hot Cewek Bikini


Kurebahkan lagi seluruh tubuhku dan kurasakan semakin luas penampang lidah Bu Indah menjilati liang kewanitaan saya. Oh! Aku mulai terangsang. Emm.. Mmh. Bu Indah sudah mulai berani. oo.. Ooh nikmat sekali. Sedaa.. Aap. Terasa semakin lincah gerakan lidahnya, aku angkat kepalaku dan kulihat Bu Indah sudah mulai tenggelam dalam kenikmatan, rupanya rasa jijik sudah mulai sirna. Gerakan lidahnya masih terasa kaku, tetapi ini sudah merupakan perkembangan. Syukurlah. Mudah-mudahan dia bisa bercumbu lebih hebat dengan suaminya nanti.

Lama-kelamaan semakin nikmat. Aku merintih nikmat,

“Emm.. Mmh. Ouw. aa.. Aah, aa.. Aah. uu.. uuh. te.. te.. Rus teruu..uus.” Bibir kemaluanku terasa dikulum oleh bibir mulut Bu Indah.

Terasa dia menciumi kemaluanku dengan bernafsu. Emm.. Mmh, enaknya. Untuk lebih nikmat Bu Indah kusuruh, “Pegang dan elus-elus paha saya. Enak sekali Bu.” Dengan spontan kedua tangannya langsung mengayunkan elusannya di pahaku. Dia mainkan sampai pangkal paha. Bukan main! Sudah sama layaknya aku main dengan suamiku sendiri. Terlihat Bu Indah sudah betul-betul asyik dan sibuk menjilati liang kewanitaanku. Gerakan ke atas ke bawah melingkar ke seluruh liang kewanitaanku. Seolah-olah dia sudah mulai terlatih.

Kemudian aku suruh dia untuk menyisipkan lidahnya ke dalam liang kewanitaanku. Dahinya agak berkerut tetapi dicobanya juga dengan menekan lidahnya ke lubang di antara bibir kemaluan saya.

“Aaa.. Aakh! Nikmat sekali. Aku mulai naik untuk mencapai klimaks. Kedua tangannya terus mengelus kedua pahaku tanpa henti. Aku mulai naik dan terasa lubang kemaluanku semakin hangat, mungkin lendir kemaluanku sudah banyak yg keluar. Akhirnya aku pun mencapai klimaks dan aku merintih,
“aa.. Aah, uuh”. Sialan Bu Indah tampaknya masih asyik menjilati sedangkan badanku sudah mulai lemas dan lelah.

Bu Indah pun bertanya karena gerak kaki dan badanku berhenti,

“Gimana, Jeng?” Aku berkata lirih sambil senyum kepadanya,
“Jempolan. Sekarang Bu Indah sudah mulai pinter.” Dia hanya tersenyum.

Aku tanya kembali,

“Bagaimana? Situ masih jijik nggak?”
“Sedikit, kok.”, jawabnya sembari tertawa, dan akupun ikut tertawa geli.
“Begitulah Bu Indah. Mudah-mudahan bisa dilanjutkan lebih mesra lagi dengan suaminya, tetapi jangan bilang, lho, dari saya.”
“oo.., ya, ndak, toh, Jeng. Saya ‘kan juga malu. Nanti semua orang tahu bagaimana?””Sekarang yg penting berusaha agar putrinya bisa punya adik. Kasihan, lho, mungkin sejak dulu dia mengharapkan seorang adik.”
“Ya, mudah-mudahan lah, Jeng. Rejeki akan segera datang. Eh! Ngomong-ngomong, Jeng mau nggak kalo’ kapan-kapan kita bersama KAYAK tadi lagi?”
“Naa.., ya, sudah mulai ketagihan, deh. Yaa, itu terserah situ saja. Tapi saya nggak tanggung jawab, lho, kalo’ situ lantas bisa jadi lesbian juga. Saya ‘kan cuma kasih contoh saja.”, jawabku sembari mengangkat bahu dan Bu Indah hanya tersenyum.

Kemudian aku cepat-cepat berpakaian karena ingin segera sampai di rumah, khawatir suamiku curiga dan berprasangka yg tdk-tdk. Waktu aku pamit, Bu Indah masih dalam keadaan telanjang bulat berdiri di depan kaca menyisir rambut. Untung kejadian ini tak pernah sampai terbuka sampai aku tulis cerita yg aneh dan lucu ini. Soal bagaimana kemesraan Bu Indah dan suaminya selanjutnya, itu bukan urusan saya tetapi yg penting kelezatan liang kewanitaan Bu Indah sudah pernah aku rasakan.

Related Posts:

0 Response to "Sex Pengalaman Dari Ibu Muda | DGPOKER | Agen Poker Uang Asli Terpercaya"

Posting Komentar